ANALISIS FAKTOR KEPUASAAN KONSUMEN TERHADAP PRODUK INDOMIE


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Di era sekarang ini, penduduk Indonesia gaya hidupnya  ingin serba cepat,praktis dan tidak membuang waktu yang banyak. Termasuk dalam mengkonsumsi makanan, masyarakat Indonesia ingin  instant dan cepat saji dikarenakan kesibukan mereka yang membuat mereka lebih suka mengkonsumsi makanan yang seperti itu.
Dan salah satu makanan yang mereka pilih adalah mie instant karena disamping penyajiannya praktis dan cepat, rasanya pun enak dan banyak pula pilihan rasanya. Dan Indomie merupakan salah satu mie instant ternama  di Indonesia dari PT.Indofood.Walaupun pada saat ini banyak merk-merk mie instant yang beredar di pasaran, konsumen masih memilih Indomie sebagai pilihan mereka dalam mengkonsumsi mie instant.
Dikutip dari harisahmad.blogspot.com yang isinya menyatakan “Berdasarkan data PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. (2004-2006), perkembangan produksi mie instan di Indonesia memperlihatkan suatu peningkatan yang positif, walaupun pada tahun 2006 sempat mengalami suatu penurunan produksi. Secara kuantitas, produksi mie instant dari tahun ke tahun mengalami kenaikan dengan tren yang positif. Hal ini menunjukkan suatu prospek yang cukup baik bagi industri mie instan ini pada masa yang akan datang.Mie instant merupakan salah satu makanan yang sudah tidak asing bagi masyarakat Indonesia. Mie instant sering dikonsumsi sebagai makanan alternatif pengganti makanan pokok. Sejalan dengan perkembangan produksi mie instan produksi tepung terigu juga mengalami peningkatan. Hal ini karena bahan baku dasar mie instan adalah tepung terigu.” Berdasarkan uraian diatas Penulis tertarik untuk membuat penelitian dengan judulANALISIS FAKTOR KEPUASAAN KONSUMEN TERHADAP PRODUK INDOMIE”


1.2 Perumusan Masalah

      Dari latar belakang yang telah dijelaskan diatas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :

1.      Faktor apa saja yang membuat Indomie di gemari sampai sekarang khusunya mahasiswa Universitas Gunadarma kelas 3EA01

1.3 Tujuan

1.      Untuk mengetahui alasan mengapa Indomie digemari oleh konsumen khususnya mahasiswa Universitas Gunadarma kelas 3EA01.

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Teori

2.1.1 Pengertian Perilaku Konsumen
Pengertian perilaku konsumen menurut Shiffman dan Kanuk (2000) adalah “Consumer behavior can be defined as the behavior that customer display in searching for, purchasing, using, evaluating, and disposing of products, services, and ideas they expect will satisfy they needs”. Pengertian tersebut berarti perilaku yang diperhatikan konsumen dalam mencari,membeli, menggunakan, mengevaluasi dan mengabaikan produk, jasa, atau ide yang diharapkan dapat memuaskan konsumen untuk dapat memuaskan kebutuhannya dengan mengkonsumsi produk atau jasa yang ditawarkan.
2.1.2 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen
Menurut Philip Kotler dan Gary Armstrong (1996) keputusan pembelian dari pembeli sangat dipengaruhi oleh faktor kebudayaan, sosial, pribadi dan psikologi dari pembeli.



·        -  Faktor Budaya
·        -  Faktor Sosial
·        -  Faktor Pribadi
·        -  Faktor Psikologis
·        -  Faktor Marketing Strategi


Berdasarkan landasan teori, ada dua faktor dasar yang mempengaruhi perilaku konsumen yaitu faktor eksternal dan faktor internal.
·         Faktor eksternal
Faktor eksternal merupakan faktor yang meliputi pengaruh keluarga, kelas sosial, kebudayaan, marketing strategy, dan kelompok referensi. Kelompok referensi merupakan kelompok yang memiliki pengaruh langsung maupun tidak langsung pada sikap dan prilaku konsumen. Kelompok referensi mempengaruhi perilaku seseorang dalam pembelian dan sering dijadikan pedoman oleh konsumen dalam bertingkah laku.
·         Faktor internal
Faktor-faktor yang termasuk ke dalam faktor internal adalah motivasi, persepsi, sikap, gaya hidup, kepribadian dan belajar. Belajar menggambarkan perubahan dalam perilaku seseorang individu yang bersumber dari pengalaman. Seringkali perilaku manusia diperoleh dari mempelajari sesuatu.

2.1.3 Model Perilaku Konsumen
Salah satu model sikap dan perilakukonsumen adalah model Fishbein. Model ini digunakan dengan maksud agar diperoleh konsistensi antara sikap dan perilakunya, sehingga mode Fishbein ini memiliki dua komponen, yaitu kompenen sikap dan komponen norma subyektif yang penjelasannya disajikan berikut ini :
a.Komponen sikap
Kompenen ini bersifat internal individu, ia berkaitan langsung dengan obyek penelitian dan atribut-atribut langsungnya yang memiliki peranan penting dalam pengukuran perilaku, karena akan menentukan tindaka apa yang akan dilakukan, dengan tidak dipengaruhi oleh faktor eksternal.

b.Komponen norma subyektif
Komponen ini bersifat eksternal individu yang mempunyai pengaruh terhadap perilaku individu. Komponen ini dapat dihitung dengan cara mengkalikan antara nilai kepercayaan normatif individu terhadap atribut dengan motivasi bersetuju terhadap atribut tersebut. Kepercayaan normatif mempunyai arti sebagai suatu kuatnya keyakinan normatif seseorang terhadap atribut yang ditawarkan dalam mempengaruhi perilakunya terhadap obyek. Sedangkan motivasi bersetuju merupakan motivasi seseorang untuk bersetuju dengan atribut yang ditawarkan sebagai faktor yang berpengaruh terhadap perilakunya.

2.1.4 Keputusan Pembelian
Keputusan pembelian merupakan keputusan konsumen untuk membeli suatu produk setelah sebelumnya memikirkan tentang layak tidaknya membeli produk itu dengan mempertimbangkan informasi – informasi yang ia ketahui dengan realitas tentang produk itu setelah ia menyaksikannya. Hasil dari pemikiran itu dipengaruhi kekuatan kehendak konsumen untuk membeli sebagai alternative dari istilah keputusan pembelian yang dikemukakan oleh Zeithalm (1988) dalam (Nugroho Setiadi, 2002). Keputusan pembelian adalah tindakan dari konsumen untuk mau membeli atau tidak terhadap produk. Dari berbagai faktor yang mempengaruhi konsumen dalam melakukan pembelian suatu produk atau jasa, biasanya konsumen selalu mempertimbangkan kualitas, harga dan produk sudah yang sudah dikenal oleh masyarakat Sebelum konsumen memutuskan untuk membeli, biasanya konsumen melalui beberapa tahap terlebih dahulu yaitu, (1) pengenalan masalah, (2) pencarian informasi. (3) evaluasi alternatif, (4) keputusan membeli atau tidak, (5) perilaku pascapembelian (Kotler, 2002).

2.1.5 Kualitas Produk
Menurut Kottler dan Amstrong ( 2001 ) kualitas adalah karakteristik dari produk dalam kemampuan untuk memenuhi kebutuhan – kebutuhan yang telah ditentukan dan bersifat laten. Sedangkan menurut Garvin dan A. Dale Timpe (1990) kualitas adalah keunggulan yang dimiliki oleh produk tersebut. Kualitas dalam pandangan konsumen adalah hal yang mempunyai ruang lingkup tersendiri yang berbeda dengan kualitas dalam pandangan produsen saat mengeluarkan suatu produk yang biasa dikenal kualitas sebenarnya. Kualitas produk dibentuk oleh beberapa indikator antara lain kemudahan penggunaan, daya tahan, kejelasan fungsi, keragaman ukuran produk, dan lain – lain. Zeithalm (1988) dalam (Nugroho Setiadi 2002) Untuk mencapai kualitas produk yang diinginkan maka diperlukan suatu standarisasi kualitas.
Cara ini dimaksudkan untuk menjaga agar produk yang dihasilkan memenuhi standar yang telah ditetapkan sehingga konsumen tidak akan kehilangan kepercayaan terhadap produk yang bersangkutan. Pemasar yang tidak memperhatikan kualitas produk yang ditawarkan akan menanggung tidak loyalnya konsumen sehingga penjualan produknya pun akan cenderung menurun. Jika pemasar memperhatikan kualitas, bahkan diperkuat dengan periklanan dan harga yang wajar maka konsumen tidak akan berpikir panjang untuk melakukan pembelian terhadap produk. Kualitas mempunyai arti sangat penting dalam keputusan pembelian konsumen. Apabila kualitas produk yang dihasilkan baik maka konsumen cenderung melakukan pembelian ulang sedangkan bila kualitas produk tidak sesuai dengan yang diharapkan maka konsumen akan mengalihkan pembeliannya pada produk sejenis lainnya.
Sering kali dibenak konsumen sudah terpatri bahwa produk perusahaan tertentu jauh lebih berkualitas daripada produk pesaing dan konsumen akan membeli produk yang mereka yakini lebih berkualitas. Meskipun konsumen mempunyai persepsi yang berbeda terhadap kualitas produk, tetapi setidaknya konsumen akan memilih produk yang dapat memuaskan kebutuhannya. Konsumen senantiasa melakukan penilaian terhadap kinerja suatu produk, hal ini dapat dilihat dari kemampuan produk menciptakan kualitas produk dengan segala spesifikasinya sehingga dapat menarik minat konsumen untuk melakukan pembelian terhadap produk tersebut. Berdasarkan bahasan di atas dapat dikatakan bahwa kualitas yang diberikan suatu produk dapat mempengaruhi keputusan pembelian konsumen terhadap produk yang ditawarkan.


2.1.4 Harga
Harga menurut Kotler dan Amstrong (2001) adalah sejumlah uang yang ditukarkan untuk sebuah produk atau jasa. Lebih jauh lagi, harga adalah sejumlah nilai yang konsumen tukarkan untuk jumlah manfaat dengan memiliki atau menggunakan suatu barang atau jasa. Harga merupakan hal yang diperhatikan konsumen saat melakukan pembelian. Sebagian konsumen bahkan mengidentifikasikan harga dengan nilai. Menurut Basu Swasta (2001), harga merupakan sejumlah uang (ditambah beberapa barang kalau mungkin) yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi dari barang beserta pelayanannya. Harga seringkali digunakan sebagai indikator nilai bilamana harga tersebut dihubungkan dengan manfaat yang dirasakan atas suatu barang atau jasa.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada tingkat harga tertentu, bila manfaat yang dirasakan konsumen meningkat, maka nilainya akan meningkat pula (Fandy Tjiptono, 2001). Dalam penentuan nilai suatu barang atau jasa, konsumen membandingkan kemampuan suatu barang atau jasa dalam memenuhi kebutuhannya dengan kemampuan barang atau jasa subtitusi. Harga merupakan salah satu atribut penting yang dievaluasi oleh konsumen sehingga manajer perusahaan perlu benar-benar memahami peran tersebut dalam mempengaruhi sikap konsumen. Harga sebagai atribut dapat diartikan bahwa harga merupakan konsep keanekaragaman yang memiliki arti berbeda bagi tiap konsumen, tergantung karakteristik konsumen, situasi dan produk (John C. Mowen dan Michael Minor, 2002). Dengan kata lain, pada tingkat harga tertentu yang telah dikeluarkan, konsumen dapat merasakan manfaat dari produk yang telah dibelinya. Dan konsumen akan merasa puas apabila manfaat yang mereka dapatkan sebanding atau bahkan lebih tinggi dari nominal uang yang mereka keluarkan.
Banyak hal yang berkaitan dengan harga yang melatarbelakangi mengapa konsumen memilih suatu produk untuk dimilikinya. Konsumen memilih suatu produk tersebut karena benar-benar ingin merasakan nilai dan manfaat dari produk tersebut, karena melihat kesempatan memiliki produk tersebut dengan harga yang lebih murah dari biasanya sehingga lebih ekonomis, kerena ada kesempatan untuk mendapatkan hadiah dari pembelian produk tersebut, atau karena ingin dianggap konsumen lain bahwa tahu banyak tentang produk tersebut dan ingin dianggap loyal.
  
Harga memiliki dua peranan utama dalam proses pengambilan keputusan para pembeli, yaitu peranan alokasi dan peranan informasi (Fandy Tjiptono, 2001). Peranan alokasi dari harga adalah fungsi harga dalam membantu para pembeli untuk memutuskan cara memperoleh manfaat atau utilitas tertinggi yang diharapkan berdasarkan kekuatan membelinya. Dengan demikian adanya harga dapat membantu para pembeli untuk memutuskan cara mengalokasikan kekuatan membelinya pada berbagai jenis barang dan jasa. Pembeli membandingkan harga dari berbagai alternatif yang tersedia, kemudian memutuskan alokasi dana yang dikehendaki. Peranan informasi dari harga adalah fungsi harga dalam "mendidik" konsumen mengenai faktor produk, misalnya kualitas. Hal ini terutama bermanfaat dalam situasi di mana pembeli mengalami kesulitan untuk menilai faktor produk atau manfaatnya secara objektif. Persepsi yang sering berlaku adalah bahwa harga yang mahal mencerminkan kualitas yang tinggi (Fandy Tjiptono, 2002)
Penyesuaian khusus terhadap harga dapat dilakukan dengan penetapan harga berdasarkan nilai yaitu harga menawarkan kombinasi yang tepat dari mutu dan jasa yang baik dengan harga yang pantas. Penetapan harga berdasarkan nilai berarti merancang ulang merek yang sudah ada untuk menawarkan produk yang lebih bermutu dan memiliki nilai merek di mata konsumen pada tingkat harga tertentu atau produk bermutu sama dengan harga yang lebih murah. Dari fenomena ini konsumen memperoleh nilai lebih dengan memperoleh produk dengan harga yang ekonomis disertai dengan manfaat yang besar.

Berdasarkan dari bahasan tersebut di atas dapat dikatakan bahwa harga yang dipatok secara rasional dan sepadan dengan manfaat produk diberikan dapat mempengaruhi keputusan pembelian konsumen terhadap suatu produk.

2.1.5 Iklan
Iklan merupakan suatu investasi ekonomis, dan bagi kebanyakan perusahaan dan organisasi non profit, iklan merupakan sebuah investasi yang dianggap sangat menguntungkan. (Shimp, 2003:42). Periklanan menurut Jefkins ( 1997 ) adalah pesan-pesan penjualan yang paling persuasif yang diarahkan kepada calon pembeli yang paling potensial atas produk barang atau jasa tertentu dengan biaya semurah murahnya. Menurut Kotler ( 2002 ), periklanan adalah segala
bentuk penyajian dan promosi ide, barang, atau jasa secara non personal oleh suatu sponsor tertentu yang memerlukan pembayaran. Sedangkan periklanan menurut Lamb, Hair dan Mc Daniel ( 2001 ) merupakan bentuk dari komunikasi bukan pribadi yang dibayar dimana sponsor atau perusahaan diidentifikasi.
Menurut Rhenald Kasali ( 1995 ), iklan adalah segala bentuk pesan tentang suatu produk yang disampaikan lewat media, yang ditujukan kepada sebagian atau seluruh masyarakat. Penyajian pesan itu harus dapat disuarakan atau diperlihatkan dan dinilai secara terbuka untuk suatu produk, jasa, atau ide. Sedangkan Keller (1998) dalam ( Prima, 2008) mendefinisikan Advertising sebagai ”any paid for of nonpersonal presentasion and promotion of ideas, goods, or service by an identified sponsor”. ”Paid” artinya bahwa secara umum ruang atau waktu untuk
menyampaikan pesan iklan harus dibeli. Atau dengan kata lain periklanan terdiri dari semua kegiatan penyajian non personal, suatu pesan tertentu, dan mempromosikan ide-ide, barang, atau jasa yang dilakukan oleh umum. Komponen nonpersonal dari iklan meliputi media massa (seperti televisi, radio, majalah, suarat kabar) yang dapat menyampaikan suatu pesan kepada suatu kelompok besar, seringkali pada saat yang bersamaan. Pendapat dari Fandy Tjiptono( 1997 ), iklan adalah bentuk komunikasi tidak langsung, yang didasari pada informasi tentang keunggulan suatu produk, yang disusun sedemikian rupa sehingga menimbulkan rasa menyenangkan yang akan mengubah pikiran seseorang untuk melakukan pembelian. American
Marketing Association (AMA) mendefinisikan iklan sebagai semua bentuk bayaran untuk mempresentasikan dan mempromosikan ide, barang, atau jasa secara non personal oleh sponsor yang jelas.
Menurut David A. Aaker seperti dikutip Fandy Tjiptono ( 2002:103 ) menyatakan bahwa iklan memegang peranan penting dalam pemasaran karena iklan akan menyampaikan beberapa pesan diantaranya adalah brand awareness (dikenal oleh masyarakat), strong brand association (memiliki persepsi terhadap merek tertentu yang baik), perceived quality (dipersepsikan konsumen untuk mengetahui produk tersebut bagian dari produk berkualitas), dan brand loyality
(memiliki pelanggan setia). Setiap perusahaan tidak hanya membuat produk yang bagus, namun juga berinvestasi meningkatkan ekuitas merek melalui periklanan, sehingga dengan adanya iklan konsumen akan menjadi tahu tentang keunggukan suatu produk.
Periklanan merupakan salah satu kiat utama yang digunakan perusahaan untuk mengarahkan komunikasi pada pembeli sasaran dan masyarakat. Periklanan juga merupakan cara yang paling efektif untuk menyebarkan peran, membangun preferensi kesan merek, maupun motivasi konsumen (Rhenald Kasali, 1995). Konsumen akan merasa dekat dengan perusahaan apabila mendapatkan informasi seputar perusahaan dan info merek produk yang bersangkutan. Iklan menunjukkan seberapa besar niat perusahaan untuk melayani kepentingan konsumen. Menurut Cravens (1996) mengemukakan bahwa keuntungan penggunaan iklan untuk berkomunikasi dengan para konsumen diantaranya adalah biaya yang rendah perpemasangan, keragaman media, pengendalian pemasangan, isi pesan yang konsisten, dan kesempatan untuk mendesain iklan yang efektif dan kreatif. Untuk memperkenalkan produknya biasanya perusahaan menggunakan media iklan, diantaranya televisi.Televisi adalah media yang banyak disukai oleh kalangan pengiklan nasional karena sangat mudah dilihat dan kemampuan mendemonstrasikan suatu. Terlebih lagi, televisi menngunakan warna, suara, gerakan, dan musik. Sehingga iklan tampak begitu hidup dan nyata. Iklan visual dapat menancapkan kesan yang lebih dalam, sehingga para konsumen begitu melihat produk akan segera teringat akan suatu merek tersebut (Jefkins, 1997).

2.2   HIPOTESIS
Faktor-faktor yang mempengaruhi Kepuasaan Konsumen terhadapa Indomie oleh mahasiswa Universitas Gunadarma kelas 3E01.Penulis merumuskan hipotesis sebagai berikut:
Ho : data terdistribusi normal
Ha : data tidak terdistribusi normal
Dasar pengambilan keputusan yang digunakan adalah :
jika nilai asymp. Sig > a maka terima HO, maka data dikatakan terdistribusi
normal Jika nilai asymp. Sig < a maka terima Ha, maka data dikatakan tidak
terdistribusi normal.

Untuk menguji korelasi ini digunakan hipotesa sebagai berikut :
Ho : Tidak terjadi korelasi yang signifikan antara variabel
Ha : Terjadi korelasi yang signifikan antara variabel
Dasar pengambilan keputusan yang digunakan adalah :
Jika nilai Sig > a maka terima HO, maka data dikatakan tidak terjadi korelasi yang signifikan.
Jika nilai Sig < a maka terima Ha, maka data dikatakan terjadi korelasi yang signifikan.

Untuk menguji chi square ini digunakan hipotesa sebagai berikut :
Ho : konsumen tidak setuju adanya pengaruh variabel Independen terhadap
variabel Dependen.
Ha : konsumen setuju adanya pengaruh variabel Independen terhadap variabel
Dependen.
Dasar pengambilan keputusan yang digunakan adalah :
jika nilai Sig > a maka terima HO, maka konsumen tidak setuju adanya pengaruh variabel Independen terhadap variabel Dependen. Jika nilai Sig < a maka terima Ha, maka konsumen setuju adanya pengaruh variabel Independen terhadap variabel Dependen.

2.3 Penelitian Terdahulu
            Berdasarkan skripsi dari Made Novandri SN yang berjudul ANALISIS PENGARUH KUALITAS PRODUK, HARGA, DAN IKLAN TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAAN SEPEDA MOTOR YAMAHA PADA HARPINDO JAYA CABANG NGALIYAN” dapat ditarik kesimpulan bahwa variabel Indepen (kualitas produk, harga dan iklan)mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen yaitu keputusan pembelian. Ketiga factor tersebut dianggap penting ketika akan membeli sepeda motor di Harpindo Jaya Cabang Ngaliyan.

Berdasarkan tulisan dari Novel Haliana yang berjudul “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSUMEN DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN PEMBELIAN PRODUK MIE INSTAN MEREK INDOMIE variabel bebas (budaya, sosial, pribadi dan psikologis) secara keseluruhan dapat berpengaruh secara signifikan terhadap keputusan pembelian yang akan diambil oleh konsumen dalam pembelian Mie Instan Merek Indomie.

2.4 Regresi
Alat uji yang digunakan ada beberapa tahapan yaitu : (1) uji Validitas dan Reliabelitas,
(2) uji Normalitas, (3) Korelasi dan (4) uji Chi Square. Validitas adalah ukuran yang menunjukkan sejauh mana instrumen pengukuran mampu mengukur apa yang ingin di ukur (Purbayu Budi & Ashari, 2005 : 247). Dalam hal ini uji validitas digunakan dalam penerapan sebagai instrumen yang mengukur data responden milik penulis.
Reliabilitas adalah ukuran yang menunjukan konsistensi dari alat ukur dalam mengukur
gejala yang sama di lain kesempatan. Penulis memiliki kuesioner, maka hasil kuesioner tersebut akan sama jika digunakan untuk mengukur pada penelitian sejenis yang lainnya. salah satu uji persyaratan yang harus dipenuhi dalam penggunaan analisis parametric yaitu uji normalitas data. Pengujian ini menuntut asumsi data yang diuji terdistribusi normal. Apabila sampel diperbesar, penyimpangan asumsi normalitas ini semakin kecil pengaruhnya.(Gunawan Sudarmanto, 2005 : 105).
Analisis korelasi merupakan salah satu tekhnik statistik yang sering digunakan untuk melihat hubungan yang terjadi antara variabel yang ada. Tujuannya adalah untuk melihat dan mengetahui pola serta keeratan hubungan variabel. Menurut Arief Pratisto (2009 : 71) terdapat 3 arah korelasi, yaitu positive correlation, negative correlation dan nihil correlation. Korelasi terbagi menjadi 2 jenis yaitu korelasi parametric dan korelasi non parametrik. Jika angka dari korelasi tersebut bernilai negative maka yang terjadi adalah hubungan yang tidak searah, tetapi bilai nilai korelasi tersebut positif maka yang terjadi adalah hubungan yang searah antarvariabel yang diuji.
Uji Chi kuadrat (Chi Square) adalah pengujian hipotesis mengenai perbandingan antara frekuensi observasi/ yang benar-benar terjadi/ aktual (Fo) dengan frekuensi harapan/ ekspektasi (Fe) yang didasarkan atas hipotesis tertentu.

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Model Penelitian
Model penelitian ini menunjukkan adanya hubungan antara kepuasaan konsumen terhadap kualitas produk dan harga.Hubungan antara kepuasaan konsumen terhadap kualitas produk dan harga merupakan hubungan yang positif.
3.2 Cara Pengambilan Data Dan Sumber Data
            Penulis menggunakan data sekunder yang didapat dari jurnal sebelumnya yang didapat dari internet. Setelah itu data dianalisis oleh penulis.
3.3 Tahapan Penelitian
            Pada Penelitian ini, penulis melakukan beberapa tahapan penelitian, yaitu sebagai berikut:

·         - Studi Pendahuluan
·         - Perumusan Masalah
·        -  Pengumpulan dan Pengolahan Data
·         - Analisis Data
·        - Kesimpulan
·         - Saran


3.4 Sampel dan Populasi

            Populasi penelitian ini adalah 80 Mahasiswa Universitas Gunadarma. Dan sampel yang dipilih adalah 30 orang Mahasiswa Universitas Gunadarma Kelas 3EA01.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

KEPUASAAN KONSUMEN TERHADAP KUALITAS PRODUK INDOMIE

KEPUASAAN KONSUMEN TERHADAP KUALITAS PRODUK INDOMIE


I. Pendahuluan 

1.1 Latar Belakang       

      Dari dulu makanan yang paling praktis, cepat dan enak adalah mie instant, dan semua orang pasti menyukai mie instant dari yang goreng, soto, kari dll. Dan sejak didirikan  sekitar tahun 1982 oleh Sudono Salim, produk INDOMIE tetap nomor satu di hati para konsumen Indonesia sampai sekarang. Karena citarasa dan kepercayaan konsumen sejak dulu sampai sekarang terhadap produk INDOMIE,setiap orang yang ingin membeli mie instant di warung, minimarket ataupun supermarket pasti yang menjadi pilihan pertama dan yang dicari oleh konsumen adalah merek INDOMIE.


    Harga yang cukup ekonomis, rasa yang bervariasi dan cara penyajiaan yang praktis membuat para konsumen Indonesia yang ingin pergi ke luar negeri pun pasti tak lupa membawa beberapa bungkus INDOMIE untuk stok selama tinggal di negeri orang. Walaupun pendistribusiaan produk INDOMIE sudah ke luar negeri juga tapi hanya beberapa negara di bagian Asia, Afrika, Amerika dan Eropa. Jadi, bagi warga Indonesia yang ingin membeli INDOMIE di luar Indonesia agak susah karena INDOMIE belum  ke seluruh dunia mendistribusikan produknya.


 1.2 Perumusan Masalah

      Dari latar belakang yang telah dijelaskan diatas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana manajemen perusahaan yang diterapkan oleh PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk ?

2. Faktor apa saja yang membuat para konsumen selalu mencari merek Indomie saat membeli mie instant?


1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui alasan mengapa Indomie selalu menjadi pilihan pertama konsumen dalam membeli mie instant 

II. Landasan Teori

2.1.1 Pengertian Perilaku Konsumen
Pengertian perilaku konsumen menurut Shiffman dan Kanuk (2000) adalah “Consumer behavior can be defined as the behavior that customer display in searching for, purchasing, using, evaluating, and disposing of products, services, and ideas they expect will satisfy they needs”. Pengertian tersebut berarti perilaku yang diperhatikan konsumen dalam mencari,membeli, menggunakan, mengevaluasi dan mengabaikan produk, jasa, atau ide yang diharapkan dapat memuaskan konsumen untuk dapat memuaskan kebutuhannya dengan mengkonsumsi produk atau jasa yang ditawarkan.

2.1.2 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen
Menurut Philip Kotler dan Gary Armstrong (1996) keputusan pembelian dari pembeli sangat dipengaruhi oleh faktor kebudayaan, sosial, pribadi dan psikologi dari pembeli.

  • ·         Faktor Budaya
  • ·         Faktor Sosial
  • ·         Faktor Pribadi
  • ·         Faktor Psikologis
  • ·         Faktor Marketing Strategy

Berdasarkan landasan teori, ada dua faktor dasar yang mempengaruhi perilaku konsumen yaitu faktor eksternal dan faktor internal.


  • ·         Faktor eksternal
Faktor eksternal merupakan faktor yang meliputi pengaruh keluarga, kelas sosial, kebudayaan, marketing strategy, dan kelompok referensi. Kelompok referensi merupakan kelompok yang memiliki pengaruh langsung maupun tidak langsung pada sikap dan prilaku konsumen. Kelompok referensi mempengaruhi perilaku seseorang dalam pembelian dan sering dijadikan pedoman oleh konsumen dalam bertingkah laku.


  • ·         Faktor internal
Faktor-faktor yang termasuk ke dalam faktor internal adalah motivasi, persepsi, sikap, gaya hidup, kepribadian dan belajar. Belajar menggambarkan perubahan dalam perilaku seseorang individu yang bersumber dari pengalaman. Seringkali perilaku manusia diperoleh dari mempelajari sesuatu

2.1.3 Model Perilaku Konsumen
Salah satu model sikap dan perilakukonsumen adalah model Fishbein. Model ini digunakan dengan maksud agar diperoleh konsistensi antara sikap dan perilakunya, sehingga mode Fishbein ini memiliki dua komponen, yaitu kompenen sikap dan komponen norma subyektif yang penjelasannya disajikan berikut ini :

a.Komponen sikap
Kompenen ini bersifat internal individu, ia berkaitan langsung dengan obyek penelitian dan atribut-atribut langsungnya yang memiliki peranan penting dalam pengukuran perilaku, karena akan menentukan tindaka apa yang akan dilakukan, dengan tidak dipengaruhi oleh faktor eksternal.




b.Komponen norma subyektif

Komponen ini bersifat eksternal individu yang mempunyai pengaruh terhadap perilaku individu. Komponen ini dapat dihitung dengan cara mengkalikan antara nilai kepercayaan normatif individu terhadap atribut dengan motivasi bersetuju terhadap atribut tersebut. Kepercayaan normatif mempunyai arti sebagai suatu kuatnya keyakinan normatif seseorang terhadap atribut yang ditawarkan dalam mempengaruhi perilakunya terhadap obyek. Sedangkan motivasi bersetuju merupakan motivasi seseorang untuk bersetuju dengan atribut yang ditawarkan sebagai faktor yang berpengaruh terhadap perilakunya.

2.2  Faktor-Faktor Masyarakat memilih Indomie :

·         2.2.1 Efisiensi
Dalam segi Keefisiensian mie instant merupakan makanan yang praktis, mudah dalam proses memasak juga dalam proses penyajiannya. Bumbu yang dibutuhkan pun sudah ada didalamnya dengan takaran yang sesuai hingga menghasilkan rasa yang pas dan enak. Dan salah satunya terdapat di merek Indomie walaupun di merek-merek mie instant lainnya juga seperti itu.

·         2.2.2 Waktu
Dari zaman Orang Tua kita hingga anaknya besar dan mungkin bahkan sudah menikah sekarang , mereka tetap memilih produk Indomie dalam membeli mie instant karena sudah terpercaya rasa dan kualitasnya. Walaupun beberapa tahun yang lalu Negara luar sempat menarik produk Indomie dari Negara mereka tapi konsumen Indoenesia tetap memilih produk Indomie.

·         2.2.3 Budaya
Faktor Budaya di Indonesia yang mengidentikkan Indomie sebagai trademark mie instant. Setiap kali konsumen ingin membeli mie instant pasti konsumen selalu berkata “Ibu beli Indomie nya satu “ kata-kata itu selalu yang diucapkn konsumen , meski stock Indomie di warung tersebut habis pasti konsumen selalu menyebutkan kata Indomie terlebih dahulu setiap membeli mie instant.


·   2.2.4  Keluarga
Faktor Keluarga turun temurun dalam memilih mengkonsumsi Indomie sebagai mie instat nya juga mempengaruhi alasan mengapa masyarakat memilih Indomie samapi sekarang, karena sudah percaya akan kualitas dan rasa nya yang tidak berubah sampai sekarang.



2.3 Tingkat Penelitian Terdahulu
Pihak berwenang Taiwan pada awal 7 Oktober 2010 mengumumkan bahwa Indomie yang dijual di negeri mereka mengandung dua bahan pengawet yang terlarang, yaitu methyl p-hydroxybenzoate dan benzoic acid. Dua unsur itu hanya boleh digunakan untuk membuat kosmetik. Sehingga dilakukan penarikan semua produk mie instan "Indomie" dari pasaran Taiwan. Selain di Taiwan, dua jaringan supermarket terkemuka di Hong Kong untuk sementara waktu juga tidak menjual mie instan Indomie.

Menurut Harian Hong Kong, The Standard, dalam pemberitaan Senin, 11 Oktober 2010, harian itu mengungkapkan bahwa dua supermarket terkemuka di Hong Kong, ParknShop dan Wellcome, menarik semua produk Indomie dari rak-rak mereka. Selain itu, Pusat Keselamatan Makanan di Hong Kong tengah melakukan pengujian atas Indomie dan akan menindaklanjutinya dengan pihak importir dan diler.

Selain di Taiwan, larangan juga berlaku di Kanada dan Eropa. Menurut The Standard, bila bahan-bahan dikonsumsi, konsumen berisiko muntah-muntah. Selain itu, bila dikonsumsi secara rutin atau dalam jumlah yang substansial, konsumen akan menderita asidosis metabolik, atau terlalu banyak asam di dalam tubuh.

Sebaliknya, importir Indomie di Hong Kong, Fok Hing (HK) Trading, menyatakan bahwa mie instan itu tetap aman dikonsumsi dan memenuhi standar di Hong Kong dan Organisasi Kesehatan Dunia. Itu berdasarkan hasil pengujian kualitas pada Juni lalu, yang tidak menemukan adanya bahan berbahaya.

Menurut Indofood, produk Indomie dengan kandungan Methyl P-Hydroxybenzoate bukan untuk dipasarkan di Taiwan. Indomie di Taiwan sudah disesuaikan dengan regulasi yang ada di Taiwan yang tidak memakai pengawet tersebut. Indofood dalam situs resminya pada Senin (11/10/2010) menyatakan bahwa yang diberitakan media di Taiwan itu adalah produk mie instan dari Indofood, yang sebenarnya bukan untuk dipasarkan di Taiwan. Mie Instan yang dianggap berbahaya di Taiwan itu sebenarnya ditujukan untuk pasar Indonesia, bukan pasar Taiwan.

Menteri Kesehatan Republik Indonesia, dr.Endang Rahayu Sedyaningsih dalam tanggapannya menyatakan Indomie masih aman untuk dimakan tetapi tetap menyarankan masyarakat untuk mengurangi konsumsi mie Instan.Akibat dari isu ini, harga saham Indofood sebagai produsen Indomie anjlok.


Penelitian dilakukan di Kota Malang. Metode pengumpulan data adalah studi literatur dan dokumentasi untuk memperoleh data-data sekunder. Selain itu juga dilakukan survei untuk memperoleh data primer dengan menggunakan instrumen berupa kuisioner yang telah diuji tingkat validitas dan reliabilitasnya. Sementara pengambilan sampel dilakukan menggunakan metode quota sampling dengan karakteristik mahasiswa yang mengkonsumsi mi instan Indomie dalam 2 minggu terakhir sebelum terambil sebagai sampel
.
Analisis data dilakukan dengan cara (1) Customer Satisfaction Index, teknik CSI digunakan untuk mengetahui tingkat kepuasan konsumen terhadap mi instan Indomie. Namun jika ternyata hasil perhitungan distribusi sebaran frekuensi tidak normal maka untuk mengetahui tingkat kepuasan konsumen digunakan Top Two Boxes. (2) Analisis kuadran kartesius digunakan untuk mengetahui faktor-faktor yang dianggap penting oleh konsumen dan mengevaluasi kinerja mi instan terhadap faktor-faktor yang anggap penting tersebut. (3) Customer Priority Index digunakan untuk mengetahui prioritas atribut yang perlu diperbaiki. CPI dikonsentrasikan untuk atribut yang berada pada kuadran A, yaitu atibut dengan kondisi tingkat kinerja rendah namun tingkat kepentingan pelanggan tinggi.

Hasil analisis data menunjukkan bahwa tingkat kepuasan konsumen terhadap mi instan Indomie secara keseluruhan (10 faktor) adalah 91,02 %. Faktor harga, durability dan features berada pada kuadran A (tingkat kepentingan tinggi-tingkat kinerja rendah), faktor aesthetics, distribusi, perceived quality dan serviceability berada pada kuadran B (tingkat kepentingan tinggi-tingkat kinerja rendah), faktor performance dan conformance berada pada kuadran C (tingkat kepentingan rendah-tingkat kinerja rendah) dan faktor reliability berada pada kuadran D (tingkat kepentingan rendah-tingkat kinerja tinggi). Prioritas utama untuk ditindak lanjuti secara berturut-turut adalah faktor harga, durability dan features.

 






  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

PERILAKU KONSUMEN

PERILAKU KONSUMEN

I.                   Pendahuluan
Di zaman yang semakin lama semakin berkembang pesat teknologi dan pola pikir Sumber Daya Manusia nya, Semakin banyak juga kebutuhan manusia yang harus dipenuhi mulai dari kebutuhan pokok, untuk rekreasi, fashion sampai gadget terbaru. Membuat konsumen semakin konsumtif  dalam membeli barang.
Ada beberapa factor konsumen membeli suatu barang ada yang karena memang kebutuhan bahkan ada yang hanya untuk gaya dan mengikuti trend. Alasan yang kedua inilah yang tidak yang dapat merugikan konsumen karena membuat konsumen boros dan menjadi pribadi yang konsumtif.
Maka dari itu kita harus pintar dalam memilih kebutuhan yang memang sesuai dengan apa yang kita butuhkan, sehingga barang yang kita beli tidak menjadi mubazir dan uang yang kita keluarkan tidak terbuang percuma.

II.                Isi
Pengertian perilaku konsumen menurut Shiffman dan Kanuk (2000) adalah “Consumer behavior can be defined as the behavior that customer display in searching for, purchasing, using, evaluating, and disposing of products, services, and ideas they expect will satisfy they needs”. Pengertian tersebut berarti perilaku yang diperhatikan konsumen dalam mencari,membeli, menggunakan, mengevaluasi dan mengabaikan produk, jasa, atau ide yang diharapkan dapat memuaskan konsumen untuk dapat memuaskan kebutuhannya dengan mengkonsumsi produk atau jasa yang ditawarkan.

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU KONSUMEN
Berdasarkan landasan teori, ada dua faktor dasar yang mempengaruhi perilaku konsumen yaitu faktor eksternal dan faktor internal.

·         Faktor eksternal
Faktor eksternal merupakan faktor yang meliputi pengaruh keluarga, kelas sosial, kebudayaan, marketing strategy, dan kelompok referensi. Kelompok referensi merupakan kelompok yang memiliki pengaruh langsung maupun tidak langsung pada sikap dan prilaku konsumen. Kelompok referensi mempengaruhi perilaku seseorang dalam pembelian dan sering dijadikan pedoman oleh konsumen dalam bertingkah laku.

·         Faktor internal
Faktor-faktor yang termasuk ke dalam faktor internal adalah motivasi, persepsi, sikap, gaya hidup, kepribadian dan belajar. Belajar menggambarkan perubahan dalam perilaku seseorang individu yang bersumber dari pengalaman. Seringkali perilaku manusia diperoleh dari mempelajari sesuatu.


Pendekatan Perilaku Konsumen
Pendekatan perilaku konsumen terbagi dua yaitu:

*. Teori Kardinal ( Cardinal Theory)
Teori Kardinal menyatakan bahwa kegunaan dapat dihitung secara nominal,sebagaimana kita menghitung berat dengan gram atau kilogram,panjang dengan centimeter atau meter. Sedangkan satuan ukuran kegunaan (utility) adalah util. Keputusan untuk mengkonsumsi suatu barang berdasarkan perbandingan antara manfaat yang diperoleh dengan biaya yang harus dikeluarkan. Nilai kegunaan yang diperoleh dari konsumsi disebut utilitas total (TU). Tambahan kegunaan dari penambahan suatu unit barang yang dikonsumsi disebut utilitas marjinal (MU). Total uang yang harus dikeluarkan untuk konsumsi adalah jumlah unit barang dikalikan harga per unit.

       *. Teori Ordinal ( Ordinal Theory ) Terbagi atas 7 bagian yaitu :


  A. Kurva Indiferensi ( Indiference Curve )
Menurut Teori Ordinal, kegunaan tidak dapat dihitung tetapi hanya dapat dibandingkan, sebagaimana kita menilai kecantikan atau kepandaian seseorang. Untuk menjelaskan pendapatnya, Teori Ordinal menggunakan kurva indiferensi (indiferensi curve). Kurva indiferensi adalah kurva yang menunjukkan berbagai kombinasi konsumsi dua macam barang yang memberika tingkat kepuasan yang sama bagi seorang konsumen. Suatu kurva indiferensi atau sekumpulan kurva indiferensi (yang disebut peta indiferensi atau indifference map), dihadapi oleh hanya seorang konsumen.
 Asumsi –asumsi Kurva Indiferensi :
1) Semakin jauh kurva indiferensi dari titik origin, semakin tingi tingkat kepuasanya.
2) Kurva indiferensi menurun dari kiri ke kanan bawah ( downward sloping ), dan cembung ke titik origin ( convex to origin) atau adanya kelangkaan.
3) Kurva indiferensi tidak saling berpotongan agar asumsi transitivitas terpenuhi.

B. Kurva Garis Anggaran ( Budget Line Curve )
Garis Anggaran (budget line) adalah kurva yang menunjukkan kombinasi konsumsi dua macam barang yang membutuhkan biaya (anggaran) yang sama besar. Misalnya garis anggaran dinotasikan sebagai BL, sedangkan harga sebagai P ( Px untuk X dan Py untuk Y ) dan jumlah barang yang dikonsumsi adalah Q ( Qx untuk X dan Qy untuk Y ), maka:
BL = Px.Qx + Py.Qy


C. Perubahan Harga Barang dan Pendapatan
Perubahan harga dan pendapatan akan mempengaruhi daya beli, diukur dari besar luas bidang segi tiga yang dibatasi kurva garis anggaran. Bila luas bidang segitiga makin luas,maka daya beli meningkat,begitu juga sebaliknya

D. Keseimbangan Konsumen
Kondisi keseimbangan adalah kondisi dimana konsumen telah mengalokasikan seluruh pendapatannya untuk konsumsi. Uang yang ada (jumlahnya tertentu) dipakai untuk mencapai tingkat kepuasan tertinggi (maksimalisasi kegunaaan), atau tingkat kepuasan tertentu dapat dicapai dengan anggaran paling minim (minimalisasi biaya). Secara grafis kondisi keseimbangan tercapai pada saat kurva garis anggaran (manggambarkan tingkat kemampuan) bersinggungan dengan kurva indiferensi (menggambarkan tingkat kepuasan).

E. Reaksi Terhadap Perubahan Harga Barang
Keseimbangan yang dicapai dapat berubah karena pendapatan nyata berubah.Jika pendapatan nyata meningkat, konsumen dapat menaikkan tingkat kepuasanya,begitu juga sebaliknya.Salah satu faktor yang dapat mengubah pendapatan nyata adalah perubahan harga barang. 

F. Reaksi Terhadap Perubahan Pendapatan Nominal
Salah satu faktor lain yang dapat mengubah keseimbangan konsumen adalah perubahan pendapatan nominal. Karena rasio harga tidak berubah maka kurva garis anggaran bergeser sejajar dengan kurva garis anggaran sebelumnya.

G. Efek Subtitusi (Substitution Effect) dan Efek Pendapatan (Income Effect)
Ketika kita mengatakan bahwa jika harga barang turun maka permintaan terhadapnya bertambah atau sebaliknya, yang terlihat sebenarnya adalah total interaksi antara kekuatan pengaruh perubahan pendapatan dan perubahan harga, terhadap keseimbanga konsumen.

III.             Kesimpulan
         Faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen adalah factor internal dan factor eksternal .Faktor internal berasal dari pengaruh teman , keluarga, mayoritas untuk mempengaruhi kita dalam memilih dan membeli suatu barang dan kebutuhan .Sedangkan factor eksternal berasal dari gaya hidup, pandangan, sikap kita dalam memilih dan membeli barang dan kebutuhan.

IV.             Referensi
·         aisyah18.files.wordpress.com/2010/.../teori-perilaku-konsumen-22
·         http://aldi-situmorang.blogspot.com/2010/05/teori-perilaku-konsumen.html

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS