KEPUASAAN KONSUMEN TERHADAP KUALITAS PRODUK INDOMIE

KEPUASAAN KONSUMEN TERHADAP KUALITAS PRODUK INDOMIE


I. Pendahuluan 

1.1 Latar Belakang       

      Dari dulu makanan yang paling praktis, cepat dan enak adalah mie instant, dan semua orang pasti menyukai mie instant dari yang goreng, soto, kari dll. Dan sejak didirikan  sekitar tahun 1982 oleh Sudono Salim, produk INDOMIE tetap nomor satu di hati para konsumen Indonesia sampai sekarang. Karena citarasa dan kepercayaan konsumen sejak dulu sampai sekarang terhadap produk INDOMIE,setiap orang yang ingin membeli mie instant di warung, minimarket ataupun supermarket pasti yang menjadi pilihan pertama dan yang dicari oleh konsumen adalah merek INDOMIE.


    Harga yang cukup ekonomis, rasa yang bervariasi dan cara penyajiaan yang praktis membuat para konsumen Indonesia yang ingin pergi ke luar negeri pun pasti tak lupa membawa beberapa bungkus INDOMIE untuk stok selama tinggal di negeri orang. Walaupun pendistribusiaan produk INDOMIE sudah ke luar negeri juga tapi hanya beberapa negara di bagian Asia, Afrika, Amerika dan Eropa. Jadi, bagi warga Indonesia yang ingin membeli INDOMIE di luar Indonesia agak susah karena INDOMIE belum  ke seluruh dunia mendistribusikan produknya.


 1.2 Perumusan Masalah

      Dari latar belakang yang telah dijelaskan diatas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana manajemen perusahaan yang diterapkan oleh PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk ?

2. Faktor apa saja yang membuat para konsumen selalu mencari merek Indomie saat membeli mie instant?


1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui alasan mengapa Indomie selalu menjadi pilihan pertama konsumen dalam membeli mie instant 

II. Landasan Teori

2.1.1 Pengertian Perilaku Konsumen
Pengertian perilaku konsumen menurut Shiffman dan Kanuk (2000) adalah “Consumer behavior can be defined as the behavior that customer display in searching for, purchasing, using, evaluating, and disposing of products, services, and ideas they expect will satisfy they needs”. Pengertian tersebut berarti perilaku yang diperhatikan konsumen dalam mencari,membeli, menggunakan, mengevaluasi dan mengabaikan produk, jasa, atau ide yang diharapkan dapat memuaskan konsumen untuk dapat memuaskan kebutuhannya dengan mengkonsumsi produk atau jasa yang ditawarkan.

2.1.2 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen
Menurut Philip Kotler dan Gary Armstrong (1996) keputusan pembelian dari pembeli sangat dipengaruhi oleh faktor kebudayaan, sosial, pribadi dan psikologi dari pembeli.

  • ·         Faktor Budaya
  • ·         Faktor Sosial
  • ·         Faktor Pribadi
  • ·         Faktor Psikologis
  • ·         Faktor Marketing Strategy

Berdasarkan landasan teori, ada dua faktor dasar yang mempengaruhi perilaku konsumen yaitu faktor eksternal dan faktor internal.


  • ·         Faktor eksternal
Faktor eksternal merupakan faktor yang meliputi pengaruh keluarga, kelas sosial, kebudayaan, marketing strategy, dan kelompok referensi. Kelompok referensi merupakan kelompok yang memiliki pengaruh langsung maupun tidak langsung pada sikap dan prilaku konsumen. Kelompok referensi mempengaruhi perilaku seseorang dalam pembelian dan sering dijadikan pedoman oleh konsumen dalam bertingkah laku.


  • ·         Faktor internal
Faktor-faktor yang termasuk ke dalam faktor internal adalah motivasi, persepsi, sikap, gaya hidup, kepribadian dan belajar. Belajar menggambarkan perubahan dalam perilaku seseorang individu yang bersumber dari pengalaman. Seringkali perilaku manusia diperoleh dari mempelajari sesuatu

2.1.3 Model Perilaku Konsumen
Salah satu model sikap dan perilakukonsumen adalah model Fishbein. Model ini digunakan dengan maksud agar diperoleh konsistensi antara sikap dan perilakunya, sehingga mode Fishbein ini memiliki dua komponen, yaitu kompenen sikap dan komponen norma subyektif yang penjelasannya disajikan berikut ini :

a.Komponen sikap
Kompenen ini bersifat internal individu, ia berkaitan langsung dengan obyek penelitian dan atribut-atribut langsungnya yang memiliki peranan penting dalam pengukuran perilaku, karena akan menentukan tindaka apa yang akan dilakukan, dengan tidak dipengaruhi oleh faktor eksternal.




b.Komponen norma subyektif

Komponen ini bersifat eksternal individu yang mempunyai pengaruh terhadap perilaku individu. Komponen ini dapat dihitung dengan cara mengkalikan antara nilai kepercayaan normatif individu terhadap atribut dengan motivasi bersetuju terhadap atribut tersebut. Kepercayaan normatif mempunyai arti sebagai suatu kuatnya keyakinan normatif seseorang terhadap atribut yang ditawarkan dalam mempengaruhi perilakunya terhadap obyek. Sedangkan motivasi bersetuju merupakan motivasi seseorang untuk bersetuju dengan atribut yang ditawarkan sebagai faktor yang berpengaruh terhadap perilakunya.

2.2  Faktor-Faktor Masyarakat memilih Indomie :

·         2.2.1 Efisiensi
Dalam segi Keefisiensian mie instant merupakan makanan yang praktis, mudah dalam proses memasak juga dalam proses penyajiannya. Bumbu yang dibutuhkan pun sudah ada didalamnya dengan takaran yang sesuai hingga menghasilkan rasa yang pas dan enak. Dan salah satunya terdapat di merek Indomie walaupun di merek-merek mie instant lainnya juga seperti itu.

·         2.2.2 Waktu
Dari zaman Orang Tua kita hingga anaknya besar dan mungkin bahkan sudah menikah sekarang , mereka tetap memilih produk Indomie dalam membeli mie instant karena sudah terpercaya rasa dan kualitasnya. Walaupun beberapa tahun yang lalu Negara luar sempat menarik produk Indomie dari Negara mereka tapi konsumen Indoenesia tetap memilih produk Indomie.

·         2.2.3 Budaya
Faktor Budaya di Indonesia yang mengidentikkan Indomie sebagai trademark mie instant. Setiap kali konsumen ingin membeli mie instant pasti konsumen selalu berkata “Ibu beli Indomie nya satu “ kata-kata itu selalu yang diucapkn konsumen , meski stock Indomie di warung tersebut habis pasti konsumen selalu menyebutkan kata Indomie terlebih dahulu setiap membeli mie instant.


·   2.2.4  Keluarga
Faktor Keluarga turun temurun dalam memilih mengkonsumsi Indomie sebagai mie instat nya juga mempengaruhi alasan mengapa masyarakat memilih Indomie samapi sekarang, karena sudah percaya akan kualitas dan rasa nya yang tidak berubah sampai sekarang.



2.3 Tingkat Penelitian Terdahulu
Pihak berwenang Taiwan pada awal 7 Oktober 2010 mengumumkan bahwa Indomie yang dijual di negeri mereka mengandung dua bahan pengawet yang terlarang, yaitu methyl p-hydroxybenzoate dan benzoic acid. Dua unsur itu hanya boleh digunakan untuk membuat kosmetik. Sehingga dilakukan penarikan semua produk mie instan "Indomie" dari pasaran Taiwan. Selain di Taiwan, dua jaringan supermarket terkemuka di Hong Kong untuk sementara waktu juga tidak menjual mie instan Indomie.

Menurut Harian Hong Kong, The Standard, dalam pemberitaan Senin, 11 Oktober 2010, harian itu mengungkapkan bahwa dua supermarket terkemuka di Hong Kong, ParknShop dan Wellcome, menarik semua produk Indomie dari rak-rak mereka. Selain itu, Pusat Keselamatan Makanan di Hong Kong tengah melakukan pengujian atas Indomie dan akan menindaklanjutinya dengan pihak importir dan diler.

Selain di Taiwan, larangan juga berlaku di Kanada dan Eropa. Menurut The Standard, bila bahan-bahan dikonsumsi, konsumen berisiko muntah-muntah. Selain itu, bila dikonsumsi secara rutin atau dalam jumlah yang substansial, konsumen akan menderita asidosis metabolik, atau terlalu banyak asam di dalam tubuh.

Sebaliknya, importir Indomie di Hong Kong, Fok Hing (HK) Trading, menyatakan bahwa mie instan itu tetap aman dikonsumsi dan memenuhi standar di Hong Kong dan Organisasi Kesehatan Dunia. Itu berdasarkan hasil pengujian kualitas pada Juni lalu, yang tidak menemukan adanya bahan berbahaya.

Menurut Indofood, produk Indomie dengan kandungan Methyl P-Hydroxybenzoate bukan untuk dipasarkan di Taiwan. Indomie di Taiwan sudah disesuaikan dengan regulasi yang ada di Taiwan yang tidak memakai pengawet tersebut. Indofood dalam situs resminya pada Senin (11/10/2010) menyatakan bahwa yang diberitakan media di Taiwan itu adalah produk mie instan dari Indofood, yang sebenarnya bukan untuk dipasarkan di Taiwan. Mie Instan yang dianggap berbahaya di Taiwan itu sebenarnya ditujukan untuk pasar Indonesia, bukan pasar Taiwan.

Menteri Kesehatan Republik Indonesia, dr.Endang Rahayu Sedyaningsih dalam tanggapannya menyatakan Indomie masih aman untuk dimakan tetapi tetap menyarankan masyarakat untuk mengurangi konsumsi mie Instan.Akibat dari isu ini, harga saham Indofood sebagai produsen Indomie anjlok.


Penelitian dilakukan di Kota Malang. Metode pengumpulan data adalah studi literatur dan dokumentasi untuk memperoleh data-data sekunder. Selain itu juga dilakukan survei untuk memperoleh data primer dengan menggunakan instrumen berupa kuisioner yang telah diuji tingkat validitas dan reliabilitasnya. Sementara pengambilan sampel dilakukan menggunakan metode quota sampling dengan karakteristik mahasiswa yang mengkonsumsi mi instan Indomie dalam 2 minggu terakhir sebelum terambil sebagai sampel
.
Analisis data dilakukan dengan cara (1) Customer Satisfaction Index, teknik CSI digunakan untuk mengetahui tingkat kepuasan konsumen terhadap mi instan Indomie. Namun jika ternyata hasil perhitungan distribusi sebaran frekuensi tidak normal maka untuk mengetahui tingkat kepuasan konsumen digunakan Top Two Boxes. (2) Analisis kuadran kartesius digunakan untuk mengetahui faktor-faktor yang dianggap penting oleh konsumen dan mengevaluasi kinerja mi instan terhadap faktor-faktor yang anggap penting tersebut. (3) Customer Priority Index digunakan untuk mengetahui prioritas atribut yang perlu diperbaiki. CPI dikonsentrasikan untuk atribut yang berada pada kuadran A, yaitu atibut dengan kondisi tingkat kinerja rendah namun tingkat kepentingan pelanggan tinggi.

Hasil analisis data menunjukkan bahwa tingkat kepuasan konsumen terhadap mi instan Indomie secara keseluruhan (10 faktor) adalah 91,02 %. Faktor harga, durability dan features berada pada kuadran A (tingkat kepentingan tinggi-tingkat kinerja rendah), faktor aesthetics, distribusi, perceived quality dan serviceability berada pada kuadran B (tingkat kepentingan tinggi-tingkat kinerja rendah), faktor performance dan conformance berada pada kuadran C (tingkat kepentingan rendah-tingkat kinerja rendah) dan faktor reliability berada pada kuadran D (tingkat kepentingan rendah-tingkat kinerja tinggi). Prioritas utama untuk ditindak lanjuti secara berturut-turut adalah faktor harga, durability dan features.

 






  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar